Teya Salat
Nadus 5Delaki/alorPoku 1Foto1326Teras 001 1
Klik dulu disiniNama gua BERNADUS. Perantau dari DELAKI/ ALOR/ NTT. belajar di STT GKS LEWA/SUMBA.
Weni liwang

TUGAS FILSAFAT...PARA PEMIKIR ZAMAN PENCERAHAN . STT GKS LEWA

TUGAS





O
L
E
H
BERNADUS LIWANG


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KRISTEN SUMBA
LEWA, 2015
PARA PEMIKIR ZAMAN PENCERAHAN
Zaman pencerahan sangat menjunjung tinggi akal budi, kebebasan, dan kemampuan individu untuk memecahkan segala persoalan yang di hadapi serta ada kecendrungan yang kuat untuk mengesampingkan peranan tradisi dan segala macam otoritas “ dari luar “ (Gereja, kaum bangsawan, dan raja ). Ada dua aliran filsafat yang saling bertentangan pada zaman pencerahan, yaitu Rasionalisme dan Empirisme. Rasionalisme ( khususnya di Prancis dan Jerman ) adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan sejati adalah akal budi atau rasio bukan pengalaman. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk menegaskan pengetahuan yang di dapatkan dari rasio. Rasio sendiri tidak memerlukan pengalaman; ia dapat menurunkan kebenaran-kebenaran pengetahuan dari dirinya sendiri berdasarkan asas-asas yang pasti. Metode kerjanya bersifat deduktif. Contohnya adalah matematika.
Berlawanan dengan rasionalisme, aliran empirisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengalaman (empeiria, bahasa Yunanai) merupakan sumber utama pengetahuan, baik pengalaman lahiriah ataupun pengalaman batinia. Rasio bukan sumber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman untuk dijadikan pengetahuan. Metodenya bersifat induktif. Sala satu contohnya adalah ilmu pengetahuan alam.
1. Para filsuf rasionalisme: Descartes, Spinoza,dan leibniz
Para filsuf rasionalisme sepakat bahwa rasio manusia mampu mengenal dan menjelaskan seluruh realitas berdasarkan asas atau prinsip pertama. Mereka tidak sepakat mengenai jumlahnya.
Menurut Descartes, prinsip pertama itu memiliki dua (lebih tepat tiga) substansi. Adapun Spinoza mengatakan hanya ada satu substansi, sementara Leibniz mengatakan ada banyak substansi.
• Descartes.
Filsafat ini berawal dari satu pertanyaan; apakah ada metode yang pasti sebagai dasar untuk melakukan refleksi filosofi? Untuk menjawab ini, Descartes melakukan sikap ragu-ragu radikal. Ia menganggap bahwa segala sesuatu yang ada hanyalah tipuan, dan tidak ingin menerima apapun sebagai sesuatu yang benar jika kita tidak memahaminya secara terpisah.
• Spinoza
a. Ajaran tentang substansi tunggal (Allah atau alam).
Spinoza mengajarkan bahwa kalau Allah adalah adalah satu-satunya substansi, maka segala yang ada harus dikatakan berasal dari Allah. Ini berarti bahwa semua bentuk pluralitas alam (jasmani dan rohani) tidak berdiri sendiri, melainkan bergantung pada Allah.
b. Ajaran tentang etika
Ia mengatakan bahwa pemahaman yang paling tinggi yang bisa dicapai manusia adalah mengenal Allah. Semakin kita mengenal Allah, kita makin mencintaiNya. Dan cinta yang didasarkan pada pemahaman intelektual tentang Allah puncak etika dan kebahagian manusia.
• Leibniz: Monadologi
Tiap substansi disebutnya monade, yang artinya kesatuan. Menurutnya, monado terdiri dari merekam atau seperti sebuah cermin, memantulkan alam semesta sebagai keseluruhan. Pada tiap monade terdapat daya dorong dari dalam dirinya sendiri untuk bergerak secara progresif.
• Blaise Pascal: satu perkecualian
Menurut Pascal, keseluruhan realitas tidak bisa dijelaskan hanya dengan rasio. Jika hal itu dilakukan, akan terjadi banyak hal yang saling bertentangan, misalnya maslah hubungan jiwa dengan badan seperti dialami Descartes. Apa yang lebih pentig dari rasio adalah “hati”. Kita mampu memahami kebenara-kebenaran yang melampaui semua kebenaran itu. Dalam ajaran pascal kita melihat bahwa gagasan yang dimilikinya memperlihatkan sikap yang anti rasionalisme.
2. para filsuf empirisme: hobes, locke, dan hume
Rasionalisme dianut oleh para filsuf di wilayah Eropa sedangkan empirisme berasal dari inggris. Empirisme dirintis oleh francis bakon yang menekankan metode empiris eksperimental dalam menyelidiki apa yang bisa diketahua manusia. Setelah bakon, hobes mendasarkan filsafat politiknya pada penelitian empiris atau motifasi-motifasi manusia yang dibandingkannya dengan sebuah arloji. Locke membangun epistologinya dengan didasarkan pada anggapan bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi. Hume menolak semua apa yang melebihi fakta positif murni.
1. Hobbes, “
Faktor –faktor yang menentukan perilaku manusia;
• Penentu perilaku manusia: kebutuhan untuk mempertahankan diri.
Bagi Hobbes manusia adalah setumpuk material yang bekerja dan bergerak menurut ketentuan hukum-hukum ilmu alam. Dalam analisisnya atas perilaku manusi, Hobbes memandang manusia sebagai arloji yang selalu berjalan teratur. Hobbes menyimpulkan bahwa seluruh perilaku manusia dapat dikembalikan pada suatu dorongan yang paling kuat, yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan atau kehilangan nyawa.
• Negara, sang monster leviathan
Dalam “keadaan alamia” faktor dominan dalam diri manusia adalah keinginan untuk mempertahankan diri: tiap-tiap individu menghadapi sesamanya sebagai saingan dan ancaman potensial bagi ruang gerak, pemenuhan kebutuhan, dan juga kelangsungan hidupnya. Manusia harus bersikap sebagai “serigala bagi sesamanya”. Berdasarkan suatu kesepakatan dalam perjanjian, berdirilah suatu Negara. Negara berdiri dengan kedaulatan penuh serta segala wewenang dan hak mutlak, namun tanpa kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kedaulatannya. Hobbes sendiri menamakan Negara sebagai “sang Leviathan”, monster laut raksasa yang menakutkan dari khazanah mitologi bangsa timur tengah.
Dalam kerangka pemikiran Hobbes, gambaran Negara yang mengerihkan dan berkuasa mutlak atas warganya ini merupakan konsekuensi dari pengandaian-pengandaian filosofis-Antropologis Hobbes sendiri. Negara berhak menuntut ketaatan mutlak warga Negara kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan.

• Catatan untuk filsafat Hobbes
Hobbes menegaskan perlunya kepastian dan kedaulatan hukum diatas semua pihak dengan berbagai kepentingannya. Hobbes menolak bentuk anarki, keadaan rusuh karena tidak adanya undang-undang atau prinsip. Negara dalam pemikiran Hobbes hanya bisa dimengerti dalam kerangka Negara hukum. Negara hukum dalam pandangan Hobbes tidak lain adalah Negara kekuasaan, dimana pihak penguasa memiliki wewenang mutlak menindas dan merendahkan rakyatnya sendiri. Pandangan Hobbes merupakan proyeksi suatu zaman ketika sifat kemanusiaan telah mati dan rasio diganti oleh kerakusan.
2. Locke;”anggap saja, pikiran itu…seperti selembar kertas putih”
Tentang pengetahuan
Menurut Locke pengetahuan itu berdasarkan pengalaman, dan dari pengalaman inilah pengetahuan itu berasal. Dalam hal ini ada dua pengalaman yang bisa dibedakan yaitu
Pengalam lahiriah atau pengalaman indrawi, yang berhubungan dengan realitas material yang ditangkap dengan panca indra kita.
Pengalaman batinia yang terjadi apabila kesadaran melihat aktifitasnya sendiri dengan cara mengingat, menghendaki, meyakini dan sebagainya.
Tentang Negara
Locke membentuk filsafat negaranya dengan menganalisis perkembangan keadaan masyarakat. Secara garis besar locke melihat ada tiga perkembangan keadaan masyarakat, yakni;
keadaan alamiah
menurut Locke, hidup, kebebasan, dan milik merupakan hak-hak yang tidak bisa diabaikan, sebab berasal dari Tuhan sehingga lebih penting dibandingkan dengan semua ketetapan manusia. Dengan demikian, locke adalah orang pertama, yang memperkenalkan suatu paham penting yang dalam konteks masyarakat modern disebut sebagai hak-hak asasi manusia (HAM).
Keadaan perang
Keadaan alamiah yang sudah mengenal hubungan-hubungan sosial ternyata mengalami perubahan dikemudia hari. Penyebabnya adalah penciptaan uang. Keadaan alamiah kini berubah menjadi keadaan perang. Jika keadaan alamiah sebelumnya digambarkan Locke sebagai suatu keadaan yang penuh damai, kebaikan,saling tolong menolong dan penganyoman, maka keadaan perang merupakan suatu keadaan penuh permusuhan, kedengkian, kekerasan dan saling menghancurkan.
3. Hume ;
Tentang pengetahuan
Sama seperti semua filsuf empirisme lainnya, Hume menolak pandangan bahwa manusia manusia mempunyai pandangan-pandangan bawaan. Adapun persepsi berasal dari pengalaman, yaitu; kesan atau apa yang diperoleh secara langsung dari pengalaman, baik penelaman lahiriah atau pengalaman batiniah, sifatnya jelas, hidup,dan kuat misalnya sewaktu tangan saya menyentuh api, tangan saya langsung terasa panas serta pandangan atau hasil asosiasi yang telah kita dapatkan sebelumnya.
Tentang agama
Dilihat dari asal usulnya, Hume menemukan adanya semacam tahap-tahap perkembangan agama. Pada tahap pertama, agama merupakan kepercayaan politeisme. Terjadi bermacam kontak kepercayaan antara manusia dan semua ciptaan lain. Tahap kedua adalah monoteisme. Peralihan dari poloteisme ke monoteisme terjadi bukan disebabkan oleh adanya alasan-alasan rasional, melainkan berawal dari kebutuhan manusia untuk melaksanakan ibadah atau korban.
Tentang etika
Menurut Hume, manusia didorong untuk melaksanakan sikap-sikap positif tersebut bukan oleh rasio, melainkan oleh perasaan moral. Etika Hume berbeda dengan aliran Heonisme egoistik yang mengajarkan agar orang mencari kesenangan sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri.
Catatan tentang filsafat Hume
Hume menghentikan empirisme, walaupun banyak unsur filsafat empirisme masih tetap dilanjutkan dalam pencerahan, khususnya oleh filsuf Swiss-Pranci Rousseau dan Kant ( Jerman ) yang mengecam Skeptisme Hume.

4. Rousseau: Suatu Pengecualian?
Kembali ke alam
Keadaan manusia pada masa modern berbeda sekali dengan “keadaan alamiah” yang menurut Rousseau masih bisa ditemukan pada kehidupan orang Indian di Amerika utara, yang disebutnya sebagai “ orang liar yang baik “ . Manusia alamiah, menurut Rousseau bebas dalam dua arti yaitu ia dapat bertindaknya mengikuti perasaan hatinya dan ia tidak berada di bawah kekuasaan orang lain sehingga memiliki hak yang sama dengan mereka.
Jalan pendidikan: Emile
Menurut Rousseau, kebudayaan bukan hanya merugikan masyarakat, melainkan juga merusak individu. Untuk menghindarkan anak-anak dari pengaruh buruk masyarakat modern, Rousseau mengusulkan dilaksanakannya “ pendidikan negatif “ , atau pendidikan yang bertujuan melindungi hati dari kebiasaan jahat dan menjaga pikiran dari kesalahan.
Jalan politik: contrat social
Jalan kedua Rousseau untuk mengembalikan kebebasan dan kesamaan hak manusia adalah dengan mendirikan negara yang berdasarkan “kontrak sosial”. Dalam kontrak ini terdapat istilah “kehendak umum”. Kehendak umum adalah kehendak bersama semua individu yang mengarah kepada kepentingan bersama misalnya perdamaian, keamanan dan keadilan
Catatan untuk filsafat politik Rousseau
Di tengah-tengah arus rasionalisme dan empirisme, kemajuan teknik dan ilmu pengetahuan yang semuanya mengagungkan kemampuan akal budi, Rousseau menekankan unsur-unsur yang lain, yaitu perasaan, keluguan, kemurnian, alam, dan spontanitas. Inti kedaulatan rakyat mengatakan bahwa semua manusia memiliki kesamaan martabat, sehingga mereka juga mempunyai hak-hak yang sama. Rousseau melihat bahwa negara hanya bisa di legitimasikan sebagai negara Republik, artinya urusan seluruh rakyat. Tidak ada wewenang politis di luar persetujuan rakyat. Rousseau memiliki pandangan tentang kehendak umum yang menunjuk pada kepentingan bersama Dengan demikian, identifikasi sederhana kehendak umum adalah kehendak mayoritas. Pelaksanaan kehendak umum sendiri sebagai kehendak yang memuat kepentingan bersama merupakan kewajiban bagi semua pihak, entah pihak mayoritass dan minoritas. Jika kehendak umum adalah kehendak mayoritas, dan untuk melaksanakan kehendak umum tersebut kelompok mayoritas boleh menyingkirkan kelompok minoritas yang kessadarannya dianggap kurang berkembang, maka akan smuncul diktator mayoritas yang memaksakan kehendaknya secara kasar.









KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas yang banyak membicarakan tentang filsafat rasionalisme dan empirisme, beberapa filsuf telah berjasa dalam menyumbangkan ide-ide dan pemahaman mereka mengenai hal-hal diatas. Dengan demikian, kelompok menyimpulkan bahwa filsafat rasionalisme membicarakan tentang rasio manusia mampu mengenal dan menjelaskan seluruh realitas berdasarkan asas atau prinsip pertama, dan filsafat empirisme membicarakan tentang hal-hal yang bersifat empiris yaitu bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi.

Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE
Buka facebookmu.
Kata bijak zackha
Twitter bro.
Youtube, BERNAD
SABRI BIBLE
Nadus 6BERNADUS ZAKARIAS WENI LIWANG