Snack's 1967
Nadus 5Delaki/alorPoku 1Foto1326Teras 001 1
Klik dulu disiniNama gua BERNADUS. Perantau dari DELAKI/ ALOR/ NTT. belajar di STT GKS LEWA/SUMBA.
Weni liwang

teori-teori belajar.. 7 pokok teori belajar.. stt gks lewa

TUGAS TEORI-TEORI BELAJAR O L E H BERNADUS ZAKARIAS WENI LIWANG 1691405 SI-PAK-II SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KRISTEN SUMBA, LEWA 2015 HAKIKAT BELAJAR Dalam dunia pendidikan tidak lepas dari perubahan. Artinya bahwa perubahan yang disertai dengan berbagai proses. Dalam konteks pendidikan, aktifitas siswa adalah belajar. Belajar seumur hidup sudah merupakan bukan hal baru, artinya pemahaman tentang proses belajar manusia berlangsung seumur hidup, namun sejauh mana keluasan dan kedalaman hasil belajar tidak diperoleh informasi. Belajar tiada akhir mencakup banyak makna, bukan sekedar sepanjang hayat, dan bukan sekedar belajar untuk hidup, mlainkan lebih dari pada itu. Hakikat sebenarnya adalah pengertian, maka hakikat dari belajar itu sendiri adalah pengertian belajar yang akan di utarakan berikut ini. Orang sering berkata bahwa belajar itu merupakan aktivitas manusia sepanjang hidupnya. Sehingga pandangan semacam ini dikembangkan dengan anggapan bahwa sebagian besar aktivitas dalam kehidupan kita sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan tidak ada ruang dan waktu yang membatasi proses belajar manusia, Termasuk usia. Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang termasuk didalamnya belajar bagaimana seharusnya kita belajar. Banyak orang sudah tahu bahwa belajar itu merupakan proses dari tidak tau menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil dan sejenisnya. Jika hal itu ditelusuri, sebenarnya ungkapan yang demikian itu didasarkan atas teori belajar tertentu. Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Adapula yang mengtakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pengertian belajar menurut para ahli: 1. Burton Menurutnya dalam sebuah buku yang berjudul,”the guidence of learning activity”, merumuskan bahwa pengertian belajar sebagai perubahan tingkalaku pada diri individu. Berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 2. H.C. Witherington Menurutnya belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi perubahan kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Dari beberapa pengertian diatas dapat kita tarik beberapa ciri sebagai berikut: a. Belajar menunjukan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Aktivitas ini menunjukan pada keaktipan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek jasmani atau mental yang memungkinkan terjadi perubahan pada dirinya. b. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya(manusia dan objek-objek lain). Adanya interaksi seperti ini mendorong seseorang lebih intensip meningkatkan keaktivan jasmani, dalam mendalami sesuatu yang diperhatikan. c. Hasi belajar ditandai dengan perubahan tingka laku meskipun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, tetapi ativitas belajar umumnya ditandai tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif termasuk perubahan pada aspek emosional. Dari pengertian dan ciri-ciri pengertian dari beberapa ahli di atas, maka kita menyimpulkan pengertian sebagai berikut: Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri individu yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses inilah setiap orang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan secara hierarki, baik itu dalam sikap, perilaku, pengetahuan maupun ketrampilan dan kreativitas. Hal terpenting dalam belajar adalah proses dan bukan hasil. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, dan orang lain hanyalah sebagai pengantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bisa dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya itu didapatkan dengan cara yang tidak benar. CIRI-CIRI BELAJAR Dengan mendalami dan mempelajari apa itu belajar, maka sudah pasti tidak terlepas dari ciri-ciri belajar itu sendiri. Beberapa ciri-ciri belajar dapat dicantumkan adalah sebagai berikut: 1. Belajar mencari makna. Makna diciptakan murid dari apa yang telah mereka lihat, dapat, rasakan dan alami. 2. Konstruksi makna. Konsrtuksi makna adalah proses yang terjadi secara terus menerus 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta namun pengembangan dengan membuat pengertian baru. 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dengan lingkungannya. 5. Hasil belajar tergantung pada apa yang sudah diketahui pelajar, tujuan serta motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sudah dipelajari Dari ciri-ciri tersebut maka proses mengajar bukanlah aktivitas memindahkan pengetahuan dari guru ke murid namun suatu kegiatan yang memungkinkan seorang siswa merekonstruksi sendiri ilmu yang dimiliki dan menggunakan pengetahuan untuk diuterapkan dalam kehidupan. Maka karena hal tersebut guru sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan peran sebagai mediator serta fasilitator. Sehubungan dengan ciri-ciri diatas,, ada pula tujuan dari belajar itu sendiri: a. Tujuan kognitif. Belajar sangat berhubungan dengan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yaitu yang ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir tak bisa dipisahkan. b. Yang berikut adalah konsep ketrampilan dan penanamannya( psikomotor). Penanaman atau perumusan konsep juga memerlukan suatu ketrampilan. Ketrampilan itu dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. c. Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhka kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sebagai contoh. Secara umum dapat kita katakan bahwa tujuan belajar adalah untuk mengetahui yang tidak kita ketahui, memperoleh sesuatu yang baru sehubungan dengan perubahan pada sikap, tingkalaku, karakter, pengetahuan, ketrampilan serta segala perubahan dalam diri manusia akibat belajar. Ciri-ciri belajar yang berhasil terutama ditandai adanya motivasi pribadi siswa untuk belajar sendiri tanpa ada yang menyuru sehingga terjadi perubahan perilaku yang Nampak dalam proses berpikir siswa, ketrampilan, dan sikap siswa, meskipun hasilnya tidak langsung dinikmati. Yang menjadi masalah adalah bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran yang benar-benar dapat memenuhi tuntutan kurikulum. Secara operasional para guru sudah tahu bahwa dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus menjawab empat pertanyaan pokok berikut: 1. Kelakuan apa yang harus ditunjukan siswa setelah proses belajar selesai 2. Bahan/materi pembelajaran apa yang harus dipelajari siswa untuk mencapai tujuan. 3. Kapan hal itu dapat dicapai 4. Dengan sarana apa hal itu dapat dicapat Ciri yang lain adalah bahwa belajar merupakan masalah yang kompleks sifatnya. Disebut demikian karena proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang melakukan kegiatan belajar tanpa bisa terlihat secara lahiriah. Karena proses belajar tidak terlihat, maka pengajar harus melihat petunjuk-petunjuk tertentu untuk menentukan apakah dalam diri seorang yang belajar terjadi suatu proses belajar. Petunjuk-petunjuk itu adalah kejadian-kejadian yang Nampak pada diri seseorang yang belajar sebagai cerminan terjadinya proses interm, yang terjadi disekeliling siswa. Untuk itu pengajar harus mengarahkan proses eksterm sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi siswa dalam proses interm. UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM BELAJAR Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus mengarah pada upaya mencapai perkembangan potensi-potensi anak tersebut. unsur-unsur belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif didalam proses pembelajaran. Davies (1991 : 33), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan unsur-unsur belajar dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2. Setiap murid belajar menurut tenpo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (rienforcement). 4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih bermotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik. Beberapa unsur belajar yang dapat djadikan pegangan guru di dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah: 1. unsur perhatian dan motivasi Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi didalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan. Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Dalam kegiatan belajar, peran guru sangat penting didalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru hendaknya dapat menyakinkan siswa bahwa hasil pembelajaran yang baik adalah suatu kebutuhan guna mencapai sukses yang dicita-citakan. Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi instrinsik, adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Penerapan unsur-unsur motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut.  Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek-aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu juga perlu dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.  Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.  Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.  Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.  Motivasi bertambah apabila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.  Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi. 2. unsur transfer dan retensi Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu; a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi. b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diresap lebih baik. c. Retensi sesorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses pelajar itu terjadi. d. Latihan yang terbagi bagi memungkinkan retensi yang lebih baik. e. Penelahaan bahan-bahan faktual ketrampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi. 3. unsur keaktifan Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru didalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik inteklektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Implikasi unsur keaktifan atau aktivitas bagi guru didalam proses pembelajaran adalah: a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses belajarnya. b. Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen. c. Memberi tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru. d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan-pertayaan yang diajukan. e. Menggunakan multi metode dan multi media didalam pembelajaran. 4. unsur belajar kognitif Beberapa hal berikut ini sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran kognitif;  perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang relavan sebelum proses belajar kongnitif terjadi.  Hasil belajar kognitif akan berfariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.  Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan membaca,kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.  Pengalaman belajar harus di organisasikan kedalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.  Bila menyajikan konsep,kebermaknaan dalam konsep amatlah penting .Perilaku mencari,penerapan,pendefinisien resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa konsep benar-benar bermakna.  Dalam pemecahan masalah ,para siswa harus di bantu untuk mendefinisikan dan membantasi lingkup masalah ,menemukan informasi yang sesuai,menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berfikir yang multi dimensional (divergent thinking). 5. unsur belajar afektif Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang di harapkan bila mana guru memperhatikan beberapa hal berikut:  Sikap dan niai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran langsung ,akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain .  Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.  Nilai-nilai yang ada pada diri individu di pengaruhi oleh standar perilaku kelompok .  Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.  Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat.  Proses belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat.  Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses pembelajaran dikelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sikap positif dikalangan siswa.  Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap, peranan serta emosi. 6. unsur belajar psikomotorik Terhadap beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik: a. Perkembang psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan, dan sebagian diantaranya tidak beraturan. b. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukan fariasi kemampuan dasar psikomotorik. c. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotorik. d. Melalui aktifitas bermain dan aktifitas informal lainnya para siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik. e. Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat. f. Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu. g. Penjelasan yang baik, demontrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi belajar psikomotorik. h. Latihan yang cukup diberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar psikomotorik. i. Tugas psikomotorik yang selalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan keputusaan dan kelelahan yang lebih cepat. Beberapa unsur pembelajaran yang dikemukakan diatas menjadi bahan kajian dan pertimbangan dasar bagi guru dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran, memilih metode atau srategi, menemukan teknik-teknik pemotifasian siswa serta mengenal lebih mendalam masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif. GAYA BELAJAR Gaya belajar merupakan kombinasi cara seseorang menyerap informasi, kemudian mengatur dan mengolah informasi tersebut menjadi pengetahuan. Berikut ini ada beberapa jenis gaya belajar a. ditinjau dari modalitas 1. Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, misal membaca memperhatikan gambar, mencermti peta dll. Gaya belajar visual dapat dikenali melalui gerak-gerik seseorang saat berbicara, yaitu suka membuat corat-coret saat berbicara di telephone, berbicara denagn irama cepat lebih suka memperhatikan gambar alih-alih mendengar intruksi lain . Ciri-ciri gaya belajar visual a. Berbicara agak cepat. b. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentase. c. Tidak mudah terganggu oleh keributan. d. Mengingat yang dilihat, dari pada apa yang didengar. e. Lebih suk membca dari pada dibacakan. f. Pembaca cepat dan tekun. 2. Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengarkan, misal mengikuti ceramah, menyimak berita di radio, menikmati music melalui tape, dll. Gaya belajar auditorial dapat dikenali melalui kebiasaannya untuk berbicara dengan diri sendiri, lebi suka ikut seminar atau ceramah alih-alih membaca buku, lebih suka berbicara alih-alih menulis dan mereka berbicara dalam irama sedang. Ciri-ciri gaya belajar auditori a. Saat bekerja suka berbicara pada diri sendiri. b. peampilan rapi. c. Mudah terganggu oleh keributan. d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari padda apa yang dilihat. e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. 3. Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara menyentuh dan bergerak serta bekerja dengan tangan.orang kinestetik dapat dikenali dengan memperhatikan banyaknya gerakan yang di buat saat berbicara, sulit untuk duduk dengan tenang, dapat menghasilkan gagasan yang cemerlang setelah bergerak atau jalan-jalan. Ciri-ciri belajar kinestetik a. Bebicara perlahan. b. Penampilan rapi. c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan. d. Belajar melalui manipulasi dan praktek. e. Menghafal dengan cara belrjalan dan melihat. f. Merasa kesulitan untuk menulis tetapihebat dalam bercerita. b. Ditinjau dari kognitif Gaya belajar kogniti sering digunakan oleh psikolog. Gaya belajar kognitif adalah perbedaan cara seseorang untuk memahami dan menyusun informasi yang mana di lingkungannya. Perbedaan tersebut terletak pada cara seseorang mengerjakan tugas dan perbedaan ini berkaitan dengan tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Ada 4 gaya kognitif belajar adalah 1. Field dependence, orang dengan gaya belajar ini cenderung memahami bentuk-bentuk benda atau gambar secara keseluruhan. 2. Field independence, orang dengan gaya ini cenderung secara terpisah bagian-bagian lepas dari bentuk keseluruhannya. 3. Gaya kognitif impulsive adalah kecendrungan seseorang dengan cepat untuk mengerjakan suatu tugas belajar dalam membentuk banyak kesalahan. 4. Kognitif refleksif adalah kecendrungan seseorang untuk bekerja dengan lambat untuk mengerjakan satu tugas dan membuat satu kesalahan Hasil penelitian psikologi menunjukan bahwa anak-anak usia dini dan sekolah dasar cenderung memiliki gaya kognitif impulsif, sedangkan remaja dan orang dewasa cenderung memiliki gaya kognitif refleksif. c. Ditinjau dari cara mengatur dan mengola informasi Ada dua gaya belajar yang dipadukan dengan sifat informasi kongkrit atau abstrak. Dengan demikian dihasilkan 4 gaya belajar ; 1. Sekuensial konkret ( SK) cenderung memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas menjadi tahap demi tahap dan berupaya mencapai kesempurnaan. Ada beberapa saran untuk gaya belajar SK agar sukses dalam mengerjakan suatu tugas yaitu aturlah waktu secara realitas, cari tahu detail yang di perlukan, bagilah proyek menjadi beberapa tahapan dan tatalah tingkah lingkungan kerja menjadi lingkungan yang tenang. 2. Sukensial abstrak (SA) cenderung berpikir dalam bentuk konsep dan mahir menganalisis informasi. Mereka adalah pemikir yang ahli baik ahli filsafat dan peneliti yang handal bak ilmuwan terkenal. 3. Acak konkret (AK) cenderung berpegang kepada realitas dan memiliki sikap ingin mencoba-coba. Disarankan tipe AK agar menggunakan kemampuan berpikir kreatif atau divergen untuk memutuskan masalah, selalu siapkan diri untuk memecahkan masalah, cermati waktu ada. 4. Acak abstrak (AA) cenderung mengatur informasi melalui refleksi dan berkipra aktif didalam lingkungan yang tidak teratur dengan memusatkan perhatian kepada orang, bukan benda. Dengan memperhatikan gaya belajar yang paling menonjol pada siswa, maka seorang guru diharapkan dapat menyelenggarakan proses belajar secara arif, bijaksana dan tepat. Bagi para siswa yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa gaya belajar yang dirasakan paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana belajar sebagai kiat belajarnya sehingga kemampuan belajar tersebut dapat dikembangkan secara maksimal. Salah sat cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi gaya belajar sendiri adalah dengan memanfaatkan media pendidikan seperti; tape recorder, dll. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR A. Faktor internal a. Bakat Bakat memang kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Misalnya, belajar main piano, apabila memiliki bakat music akan lebih mudah dan cepat pandai dibanding dengan orang yang tidak memiliki bakat itu. b. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani atau jiwa kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang fisik atau mental, agar badan tetap kuat, pikiran tetap segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar. c. Intelegensi ( kecerdasan) Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelengensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya rendah. Raden cahaya Prabu, perna menyatakan dalam motonya bahwa “didiklah anak dalam taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami jiwa anak didik. d. Faktor eksternal 1. Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa  Cara orang tua mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap anaknya. Sebab keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama bagi seorang anak.  Relasi antar anggota kelarga Yang terpenting dalam relasi ini adalah hubungan antara anak dan orang tuanya  Suasana rumah Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga damana anak berada dan belajar. 2. Faktor sekolah  metode mengajar Metode adalah cara yang harus dilalui didalam mengajar.  Kurikulum sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa yaitu menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.  Relasi guru dengan siswa Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa didalam kelas ada groub yang saling bersaing secara tidak sehat. Maka, perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif bagi belajar siswa  Disiplin sekolah Kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai, serta kedisiplinan kepala sekolah beserta siswa-siswanya  Alat pelajara Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. jika siswa mudah menerima dan menguasai pelajaran, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.  Waktu sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Waktu belajar pagi hari adalah waktu yang baik karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi baik. Sedangkan waktu sore hari kurang baik karena sore hari adalah waktu siswa istirahat. 3. Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Hal ini karena siswa berada dalam lingkungan masyarakat. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, dan teman bergaul. TIGA TEORI BELAJAR 1. Menurut teori belajar kognitivistik Belajar yang penting adalah proses belajar dari hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini, bahwa belajar adalah perubahan persepsi an pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang biasa di amati. Ilmu pengetahuan di bangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan, dengan lingkungan. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik jika materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan ( berkesinambungan ) secara pas. 2. Menurut teori belajar tingkalaku (behavioristik) Belajar adalah perubahan tingkahlaku. Seorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons. Itu di anggap tidak penting untuk di perhatikan sebab tidak bisa di amati, yang bisa di amati hanyalah stimulus dan respons. Tokoh aliran ini antara lain Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner. Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguatan (reunforcement). Reinforcement adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Jika penguatan ditambahkan maka respons semakin kuat, begitupun jika penguatan dikurangi, respons pun akan semakin tetap kuat. Teori ini sering mendapat kritik, antara lain bahwa teori ini tidak bisa menjelaskan proses belajar yang kompleks. Atau terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Kritik terhadap teori ini adalah rumit untuk di terapkan dalam proses belajar mengajar, atau di anggap sukar untuk di praktekan secara murni. Sebab seringkali guru tidak mungkin memahami struktur kognitif yang ada di dalam benak siswa. 3. Menurut teori belajar humanistik Tujuan belajar adalah “ memanusiakan manusia “. Proses di anggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Atau siswa dalam proses belajar harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.Teori ini cenderung bersifat ekeltik dlam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Tokoh penting dalam aliran ini antara lain Blood an Krathwohl kolb, Honey dan Munforb serta Habermas. Kritik terhadap teori ini sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini lebih dekat den gan dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. TIGA MASALAH BELAJAR Masalah proses belajar merupakan masalah yang komplek sifatnya, karena proses belajar terjadi didalam seseorang yang malakukan kegiatan belajar tanpa bisa dilihat orang secara lahiriah. 1. Kesulitan belajar siswa memahami teks dan cara mengatasinya a. Penyebab kesulitan memahami teks Laju perkembangan teknologi, eksalasi kompetisi global, dan berbagai bentuk perubahan yang sedemikian cepatnya telah mengakibatkan perubahan-perubahan dramatis dibidang informasi diberbagai Negara maju maupun Negara berkembang. Tidak sedikit temuan penelitian yang menunjukan bahwa kemampuan membaca dan memahami teks pada anak-anak sekolah diberbagai Negara berkembang masih sangat rendah. b. Cara mengatasi kesulitan memahami teks Dengan menerapkan model pembelajaran yang dikenal dengan istilah ”model pembelajaran K-W-L”(K-W-L teaching model). Prosedur dalam model pembelajaran K-W-L ini dinamakan dengan “tree step procedure” karena didalamnya mengandung tiga tahap proses kognitif dasar.  Penilaian tentang “ apa yang saya ketahui” (what I know(k)  Menentukan tentang “ apa yang saya ingin pelajari” (what I know to learn(w)  Memanggil kembali “apa yang saya tidak pelajari” (what I did learn (l) sebagai hasil dari suatu bacaan. Untuk memfasilitasi proses kelompok dan untuk mengkonkritkan tahap-tahap tersebut pada siswa, ogle (1996) telah mengembangkan suatu lembar kerja yang dapat digunakan oleh setiap siswa selama proses berpikir dalam membaca. Dua langkah pertama dari proses tersebut adalah guru beserta siswa terlibat aktif dalam diskusi secara lisan yang diikuti dengan respons pribadi siswa yang dituangkan kedalam lembar kerja. Pada langkah ketiga siswa dapat mengisi bagian “what I learned” mengenai apa yang mereka baca atau kerjakan segera setelah menyelesaikan bacaan suatu artikel atau teks. Pada langkah ini diskusi juga dapat dilakukan terhadap respons-respons individual siswa tersebut. 2. Masalah membaca cepat dan cara mengatasinya Metode membaca cepat member banyak keuntungan bagi setiap orang. Dengan membaca cepat kita bisa mengetahui seluruh isi buku dalam waktu dekat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kita yang memerlukan banyak informasi, namun tidak memiliki waktu yang banyak untuk membaca. Untuk bisa membaca cepata, ada teknik-teknik khusus yang harus dikuasai. Memang tidak semua orang akan langsung mahir untuk membaca cepat. Ketrampilan ini membutukan latihan yang mungkin bisa sampai berulang-ulang agar seseorang dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam membaca cepat. Latihan-latihan ini depandanag penting untuk dilakukan karena biasanya seseorang yang baru perama kali belajar membaca cepat akan memenuhi beberapa masalah yang bisa menjadi penghambat dalam membaca cepat. a. Penyebab kesulitan dalam membaca Kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki seseorang dalam membacapun secara tidak sadar bisa menjadi penghambat untuk bisa membaca dengan cepat. Kebiasaan-kebiasaan yang biasanya sudah dimiliki selama bertahun-tahun ini antaranya:  Vokalisasi atau bergumam ketika membaca  Membaca dengan menggerakan bibir namun tidak bersuara atau komat-kamit  Kepala yang bergerak searah dengan arah tulisa yang dibaca  Jari-jari tangan yang selalu menunjuk tulisan yang dibaca  Gerakan mata yang selalu kembali ke kata-kata sebelumnya atau mengulang membaca kalimat dari depan. Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi penghambat karena kecepatan membaca, melakukan gerakan, dan bersuara tidaklah sama. b. Cara mengatasi kesulitan membaca cepat Langka-langka berikut ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masala diatas:  Memiliki kosa kata yang banyak, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-kata baru yang belum anda ketahui. Setelah itu cari arti dalam kamus.  Sikap tubuh. Membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi demikian justru menjadi penghambat, untuk itu posisi santai saat membaca.  Membaca sepintas lalu. Dengan membaca sepintas lalu, anda bisa mengantisispasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.  Konsentrasi. Konsentrasi yang penuh menghindarkan anda dari melamun atau pikiran yang melayang. Kesulitan dalam berkonsentrsi menunjukan kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika membaca cepat.  Retensi (mengingat kembali informasi dari bacaan) hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya; dengan menjawab pertanyan-pertanyaan, diskusi maupun menulis kembali informasi yang sudah diterimah.  Tujuan yang jelas. Dengan menentukan tujuan dari membaca anda akan mengetahui apakah bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan anda tau seperti yang anda inginkan.  Motifasi. Motivasi yang jelas dalam membaca akan mempengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Jika anda sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu bacaan, anda akan lebih mudah menerap informasi dalam bacaan tersebut. Untuk itu tumbuhkanlah motivasi dalam membaca. Dari uraian diatas menjadi semakin jelas bahwa mwmbaca cepat sangat penting untuk dikuasai dan dilakukan. Dengan membaca cepat, siswa dapat memperoleh informasi sebanyak mungkin dari isi buku tanpa harus menghabiskan waktu berjam-jam dan berhari-hari. 3. Disleksia (masalah gangguan belajar membaca) Secara sederhana, disleksia dapat didevinisikan sebagai gangguan belajar membaca yang ditunjukan dengan kemampuan membacanya bibawa kemampuan yang sesungguhya. Gejala dan kesulitan membaca ini adalah kemampuan membaca anak berada dibawa tingkat intelegensi, usia, dan pendidikan yang dimilikinya. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tetapi merupakan ketidakmampuan otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu. a. Ciri-ciri anak yang mengalami disleksia;  Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.  Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata  Sulit menyuarakan vonem atau satuan bunyi dan memaduknnya menjad sebuah kata.  Sulit mengeja secara benar. Bahkan anak mungkin akan meneja satu kata dengan  bermacam ucapan.  Sulit mengeja kata atau suku kata denga benar. Anak bingug menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti” B dan D, U dan N, M dan N.  Membaca satu kata dengan benar disatu halaman, tapi salah dihalaman lainnya.  Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.  Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misal, ratu menjdi taru.  Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan jadi.  Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.  Lupa mencantumkan huruf besar atau mencntumkannya di tempat yang salah.  Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.  Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.  Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata.tulisannya tidak stabil,kadang naik,kadang turun.  Menempatkan paragraf secara keliru. Walaupun mengalami kesulitan-kesulitan di atas,anak yang mengalami gangguan disleksia sebetulnya mempunyai kelebihan.mereka biasanya sangat baik di bidang musik,seni,grafis dan aktivitas-aktivitas kereatifitas lainnya.cara mereka berpikir adalah dengan gambar,tidak dengan huruf,angka,symbol atau kalimat.mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi.kesulitan mereka adalah dalam menyatukan informasi-informasiyang ada dan mengolah informasi tersebut dengan kata-kata atau kalimat yang tepat. b. Cara mengatasi disleksia. 1) Teknik permainan tiba-tiba, permainan tiba-tiba merupakan teknik permainantidak terencana tapi mengasyikkan karna mengajari anak bicara dari apa yang menarik dari perhatiannya saat itu. 2) Lomba menamai benda,untuk mempraktikkan cara ini guru membutuhkan gambar-gambar yang sudah di kenal oleh anak untuk kemudian dinamai oleh anak.misalnya gambar kucing,kelinc,burung,topi,sepatu,apel, gajah.tujuan ini bertjuan agar anak mudah meniru. 3) Lagu atau nyanyian,menyanyikan lagu yang merupakan cara menyenangkan untuk mengembangkan kemampuan verbal anak karna pada umumnya anak-anak suka sekali bernyanyi.melalui bernyanyi anak tersebut dapat mengucapkanlirik lagu tersebut satu persatu. 4) Menonton televise,menonton TV tidak selalu bersifat negative bagi anak kalau kita mampu mengelolanya secara edukatif.menoton TV dapat dijadikan sarana untuk mengajarkan anak berbicara dan berkomunikasi.syaratnya,guru atau orang tua mau menyediakan waktu untuk nonton bersama anak. Kenalilah film apa yang menjadi kesukaan anak misalnya film ‘dora emon,Naruto,Teletubbies,Tom and jerry,atau Donal Bebek. 5) Permainan berpura-pura, permainan berpura-pura merupakan teknik untuk mengembangkan kemampuan verbal anak melalui scenario pendek yang di buat oleh guru dari permainan yang di pilih.jadi semacam teknik bermain peran.oleeh sebab itu guru di tuntut harus mampu mmbuat scenario pendek.
Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE
Buka facebookmu.
Kata bijak zackha
Twitter bro.
Youtube, BERNAD
SABRI BIBLE
Nadus 6BERNADUS ZAKARIAS WENI LIWANG